Sahabatku, bisakah kita menjelaskan Tuhan? Kalo
kita melihat kembali Kitab Suci, terdapat banyak ayat-ayat yang
menjelaskan tentang Tuhan, tetapi setelah diteliti lebih jauh semua
penjelasan tersebut hanya sebatas pada sifat-sifatNya. Tuhan tidak bisa
dijelaskan dengan kata-kata karena kata-kata hanya bisa menjelaskan
suatu wujud yang berada pada ruang dan waktu sedangkan Tuhan melampaui
ruang dan waktu. Ini sama seperti menjelaskan bagaimana rasanya jatuh
cinta atau fall in love, tidak ada kata-kata yang dapat
menggambarkan “rasa” ketika kita sedang berada dalam keadaan tersebut.
Tetapi “rasa” tersebut bisa kita rasakan. Sama halnya dengan Tuhan,
tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkanNya tetapi Ia bisa kita
rasakan didalam hati kita. Hati kita adalah jembatan menujuNya.
Melalui hati, kita mendekat kepadaNya. Melalui hati
kita menuju Cahaya Agung Sang Ilahi sebagaimana yang Ia sebutkan dengan
penuh Cinta dan Kasih Sayang didalam Hadis Qudsi “Aku adalah Khazanah
yang terpendam. Aku rindu ingin diketahui, untuk itu Aku menciptakan
mahluk”. Mari kita menggapai KhazanahNya melalui hati yang suci. Hati
yang di ridhoi olehNya. InsyaAllah.
Kisah-kisah dibawah ini menggambarkan keadaan
diatas dimana kita ingin belajar mencintai Tuhan dengan hati yang ihklas
dan tulus tetapi bingung darimana harus memulai. Ada juga yang ingin
dekat kepadaNya tetapi tidak pernah sekalipun mengayunkan kakinya untuk
memulai perjalanan menuju DiriNya. Semoga kita bisa mengambil hikmah
dari kisah-kisah dibawah ini. Amin.
*
Awal Dari Sebuah Perjalanan
Seseorang bertanya kepada Yusuf bin al-Husain:
“Apakah yang harus aku lakukan agar aku bisa dekat dengan Tuhan?”, tanyanya.
“Ceritakan rahasiamu kepadaNya, dan jangan sampai
ada seorang pun di dunia ini yang mengetahui rahasianya. Melalui hal
itu, sebuah tali keimanan akan tumbuh kepada Sang Ilahi.
Orang itu melanjutkan pertanyaannya: “Hanya itukah yang akan membantuku dekat denganNya?”
“Dirikan hubungan yang teguh di awal perjalanan
spiritualmu. Beribadahlah. Memiliki niat yang kuat juga penting. Dan
jika memungkinkan, nikmati kesunyian, itu akan lebih baik.” Jawab
al-Husain.
“Tetapi bagaimana aku mencapai tahap dimana aku bisa berkomunikasi denganNya?” tanyanya kembali.
“Aku telah menjelaskan apa yang engkau butuhkan”
kata al-Husain. Tetapi engkau ingin mencapai sebuah akhir sebelum engkau
memulainya, dan hal itu tidak mungkin.
*
Mencintai-Nya
Seorang pengembara tiba pada sebuah kampung dimana
Abu Yazid al-Bisthami tinggal. Ia bertemu kepada al-Bisthami kemudian
bertanya kepadanya.
“Ajarkan aku cara yang paling cepat menuju Tuhan”
al-Bisthami menjawab: “Cintai Dia dengan seluruh kekuatanmu.”
“Itu sudah kulakukan”, seru pengembara tersebut.
“Lalu kau perlu dicintai oleh orang lain.” Jawab al-Bisthami.
“Tetapi mengapa?” tanyanya kembali.
“Karena Tuhan melihat hati setiap manusia. Ketika
Ia mendatangimu, tentu saja Ia akan melihat cinta yang kau miliki
kepadaNya dan Ia akan bahagia. Bagaimanapun, jika Ia juga menemukan
namamu tertulis dengan penuh cinta dihati orang lain, Ia pasti akan jauh
lebih memperhatikanmu.”
*
Menginginkan Jalan Pintas
“Mengapa engkau menghabiskan waktu kami dalam
mencari Tuhan jika engkau begitu mengenalNya dengan baik?”, tanya para
murid Hasan al-Bashri. “Engkau bisa langsung menjelaskan kepada kami
seperti apa Dia.”
“Benar”, jawab Hasan al-Bashri. Tetapi hal ini
terjadi karena suatu hari ketika aku sedang berdiri didepan sebuah
rawa-rawa, aku melihat ada seorang pria yang bersiap-siap untuk
menyeberanginya. Aku berteriak: “Hati-hati disana, kau bisa terpeleset
dibatunya dan engkau akan basah kuyup!”
Pria itu menjawab: “Jika itu terjadi, hanya aku
yang akan kotor. Jadi Hasan, jika kau terpeleset dan jatuh di jalanmu,
seluruh muridmu akan ikut terpeleset dan jatuh bersamamu.”
“Pada saat itu aku mengerti bahwa Tuhan adalah
suatu pencarian pribadi, setiap orang bertanggungjawab atas
pencariannya. Seorang master bisa berbagi pengalamannya, tetapi tidak
pada hasilnya.”
******
Yusuf Bin al-Husain meninggal tahun 304 H/916 M.
Abu Yazid Thaifur bin ‘Isa bin
Surusyan al-Bisthami lahir di Bustham yang terletak di bagian Timur Laut
Persia. Meninggal sekitar tahun 261 H/874 M – 264 H/877 M.
Hasan bin Abil Hasan al-Bashri lahir
di kota Madinah pada tahun 21 H/642 M. Ia adalah putra dari seorang
budak yang ditangkap di Maisan, kemudian menjadi klien dari sekretaris
Nabi Muhammad SAW, Zaid bin Tsabit. Karena dibesarkan di Bashrah ia bisa
bertemu dengan banyak sahabat Nabi. Hasan meninggal di kota Bashrah
pada tahun 110 H/728 M.
Mereka semua adalah guru sufi agung yang memperkaya khazanah para pencari Tuhan.
Informasi biografi diambil dari buku “Warisan Para Awliya” karya Farid al-Din Attar.
Edisi Inggris “Muslim Saints and Mystics: Episodes from the Tadhkirat al-Auliya (Memorial of the Saints) By Farid al-Din Attar”
Sumber: surrender2god.woordpress.com
No comments:
Post a Comment